Minggu (17/4), Live Instagram lanjutan diadakan oleh Seven Sense LSC. Acara ini diadakan pukul 16.00 WIB dengan dua pemateri, yaitu Anissa Rizky, M.Psi, Psikolog dan Ayu Kartika, M.Psi, Psikolog.
Tema kali ini membahas tentang cara mengajarkan anak mengelola emosi. Materi yang dibahas yaitu tahapan perkembangan sosio-emosi anak, tantangan orang tua saat mengajarkan anak mengelola emosi, tips meregulasi emosi anak, hingga cara menanggulangi emosi orang tua saat menangani anak emosi.
“Bisa dibilang berbeda, tiap perkembangan usia bisa dibilang punya tugas yang beda-beda.” ujar Ayu Kartika, M.Psi., Psikolog
Semakin dewasa anak, ia akan berangsur bisa mengungkapkan maksudnya. Akan tetapi, anak berusia 1-3 tahun cenderung masih kesulitan mengkomunikasikan maksudnya, sehingga sering kali tampak menampilkan perilaku agresif atau kita kenal dengan istilah tantrum. Begitu pula pada anak usia 2-4 tahun yang sebenarnya sudah mulai bisa meregulasi diri mereka, namun tetap butuh dampingan dan contoh orang tua untuk dapat melabel nama emosinya serta petunjuk cara mengelola diri yang sehat.
Selaras dengan Ayu, menurut Anissa saat anak masih usia bayi ia mulai membangun kepercayaan dengan orang lain. Akan tetapi, ketika orang tua tidak hadir saat anak membutuhkan sesuatu, maka anak akan terbentuk mistrust atau ketidakpercayaan. Dalam hal ini anak belajar bahwa orang tua mungkin tidak dapat diandalkan dan tidak selalu bisa “hadir” ketika anak membutuhkannya.
“Biasanya (anak) di usia 1-3 tahun orang tua seringkali melarang anak-anak untuk melakukan banyak hal.” tambahnya.
Padahal sejak bayi mereka sebaiknya diajarkan berinteraksi. Meskipun memang bentuk interaksi mereka masih berupa tangisan saat lapar atau haus. Baru kemudian seiring bertambahnya usia, mereka juga tidak hanya berinteraksi dengan orang tua saja tetapi juga mulai menjalin pertemanan dengan anak seusianya atau dikenal dengan istilah playdate. Pada momen inilah anak tidak hanya akan belajar untuk bersosialisasi, tetapi mereka juga belajar untuk meregulasi diri, seperti memahami cara berbagi atau berteman dengan orang lain, mengantre, meminta tolong, meminta maaf, dan menunda keinginannya.
Ada pula sejumlah tantangan yang dialami orang tua saat mengajarkan anak cara meregulasi emosi. Hal ini misalnya tampak ketika terkadang orang tua merasa anaknya agresif seperti marah-marah, atau orang tua yang merasa lelah mengurus anak.
Orang tua juga biasanya menyalahkan anaknya, baik saat menangis maupun marah. Bahkan mendiamkan anak saat marah, karena sudah lelah.
Dalam kondisi tersebut, ada baiknya selain memahami emosi anak, orang tua juga perlu belajar memahami kondisi emosinya sendiri termasuk kebutuhannya. Maka dari itu, ketika kita menangani anak dengan masalah emosi, kita harus memastikan emosi kita tidak sama tingginya dengan anak.
“Kita coba tenangkan diri kita dulu, ademkan dulu hati (orang tua) baru ketemu dengan anak-anak.” tambah Anissa Rizky, M.Psi., Psikolog.
Adapun cara lain yang bisa dilakukan yaitu metode STOP (Stop, Take a breath, Observe, dan Process). Awalnya bisa stop dulu, ambil jeda waktu sejenak untuk tidak langsung merespon perilaku anak. Lalu, take a deep breath atau menarik nafas dalam. Diikuti observe, yakni mencoba lebih memahami emosi yang dialami anak termasuk kondisi diri orang tua sendiri. Selanjutnya, process kita bisa memproses untuk memahami emosi diri, apakah diakibatkan anak atau hal lainnya, sehingga bisa memutuskan tindakan untuk mengatasinya.
“Selanjutnya adalah action-nya nih apa yang bisa kita lakukan. Apakah kita cukup waktu untuk bertemu anak kita” tambah Ayu Kartika, M.Psi., Psikolog.
Sebagai orang tua, saat menangani anak emosi. Kita juga perlu menanggulangi emosi diri. Orang tua bisa berdiskusi dengan keluarga, bahwa emosi sedang tidak stabil saat anak marah. Orang tua juga bisa mengelola ekspektasi, dengan memahami tahap perkembangan tiap usia berbeda-beda.
Pada momen berpuasa inilah juga bisa jadi momentum untuk mengelola amarah, dahaga, dan lapar anak, karena tidak langsung terpenuhi.
“(Anak) belajar meregulasi emosi saat berpuasa.” pungkas Ayu.
Sebenarnya masih ada lanjutan acaranya nih. Nantikan Live Instagram Session - Episode 3: Mengajarkan Anak Bersyukur dan Berbuat Kebaikan. Ikuti terus instagram kami ya, di @sevensenselsc. (Fakhrii/Ayu)